Organ Reproduksi Betina

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Reproduksi adalah naluri setiap organisme untuk beranak-pinak. Ciri etik individu makhluk hidup  ialah bahwa umurnya terbatas, dan pada suatu ketika akan menjadi tua kemudian mati karena suatu faktor, baik itu parasit, pemangsa atau sebagainya. Karena itu perlu suatu perkembangan baru untuk mengganti reputasi yang telah tiada. Jadi kelangsungan hidup individu sebagian ditunjukkan untuk memenuhi kemampuan reproduksi yang mutlak bagi kelstarian spesies.


Sapi betina tidak hanya memproduksi sel kelamin yang sangat penting untuk mengawali kehidupan turunannya yang baru, tetapi ia menyediakan pula tempat beserta lingkungan untuk perkembangan individu baru itu, dimulai dari waktu pembuahan ovum dan memeliharanya selama awal kehidupanya. Tugas ini dilaksanakan oleh alat reproduksi primer dan sekunder. Alat reproduksi primer, yaitu ovaria memproduksi ovum dan hormon betina. Organ reproduksi sekunder terdiri dari tuba fallopi, uterus, cerviks, vagina dan vulva. Fungsi alat-alat ini adalah menerima dan mempersatukan sel kelamin jantan dan betina, memelihara dan melahirkan individu baru.

            Hal inilah yang melatarbelakangi pelaksanaan praktikum Dasar Reproduksi Ternak, mengenai Pengenalan Organ Kelamin Betina.

Tujuan dan Kegunaan

            Tujuan dari praktikum Dasar Reproduksi Ternak ini mengenai Pengenalan Organ Reproduksi Betina adalah untuk mengetahui bentuk dan ukuran dan bentuk anatomis dari bagian-bagian organ kelamin betina serta mengetahui fungsi dari masing-masing bagian tersebut.

            Kegunaannya adalah agar dapat mengenal dan mengetahui letak, fungsi dan bentuk dari masing-masing bagian organ kelamin betina serta mengetahui ukuran dari masing-masing bagian.



TINJAUAN PUSTAKA

A.    Organ Kelamin Primer  
 
Ovarium

            Gonad atau ovarium, merupakan bagian alat kelamin yang utama, ovarium menghasilkan telur, oleh karena itu dalam bahasa Indonesia seringkali disebut induk telur, indung telur atau ada pula yang menyebutnya pengarang telur. Perkembangan ovarium pada masa reproduksi diatur oleh hormon-hormon yang berasal dari kelenjar hifofisa yang terdapat di dasar otak dalam kepala. Bentuk ovarium berbeda menurut spesiaes hewan (Frandson, 1986)

Cavum abdomalis memiliki dwifungsi, sebagi organ eksokrin yang menghasilkan sel telur atau ovum dan sebagai organ endokrin yang mengekresikan hormone kelamin betina, estrogen dan progesteron. Dimana hormon  ini berperan penting dalam menyiapkan alat-alat reproduksi untuk kebuntingan dan memelihara kandungannya sampai melahirkan (Salisbury, 1985).

Pasangan ovarium normal, pada sapi yang tidak bunting terletak di sebelah atas rongga perut, 30-45 cm di sebelah dalam dari lubang vulva : (a) ovaria biasanya terletak dekat dengan cornua uteri, yaitu tempat dimana dipertautkan dengan ligament ovaria ; (b) ligament ini merupakan bagian dari alat penggantung lebar yang menggantungkan saluran-saluran reproduksi pada dinding perut bagian atas (Salisbury, 1985).

Ovarium bentuknya biasanya bulat telur atau bulat tetapi kadang-kadang pipih berhubung dengan pembentukan folikel dan corpoa lutea. Ukuran normal ovari sangat bervariasi dari satu spesies ke spesies lain bahkan antara spesies juga terdapat varisasi. Besar dan bentuk ovaria sering berubah. Ovarium umumnya berukuran panjang 32-42 mm, tinggi 19-32 mm dan lebar 13-19 mm dengan berat 10-19 gr. Pada anak sapi ovarium kiri lebih besar dibanding dengan ovarium kanan, sedangkan pada sapi dewasa ovarium kanan lebih besar. Sebagian besar dari permukaan ovarium diliputi oleh lapisan epitel lembaga, ova dapat dilepaskan dari setiap tempat pada permukaan ovarium. Medulla ovarium mengandung pembuluh darah , syaraf dan tenunan pengikat (Salisbury, 1985).

Ovarium sapi lebih kecil daripada kuda. Dan ovarium kanan biasanya lebih besar daripada yang kiri. Berbentuk oval, tidak mempunyai fossa ovarii. Terletak 40-45 cm dari pintu vulva sebelah luar. Apabila ada corpus luteum, maka lataknya superfisial, sehingga menonjol dan dapat dilihat dari permukaan luar. Corpus luteum berwarana kuning coklat (Aswin, 2009)
 
Folikel pada ovarium bergaris tengah 12 mm pernah ditemukan pada anak sapi berumur 4-5 bulan jauh sebelum pedet. Folikel yang masak bergaris tengah 8-19 mm. Sedangkan corpus luteum yang telah matang bergaris tengah 25-32 mm. Pada sapi yang tidak bunting dan normal, corpus luteum hanya aktif untuk beberapa hari, lalu mengecil. Corpus luteum pada sapi yang sedang bunting tetap tinggal dan aktif di dalam ovarium selama kebuntingan (Salisbury, 1985).

B.  Organ Kelamin Sekunder

1.      Oviduct (Tuba Fallopi)

Oviduct atau tuba fallopi yang juga disebut tuba uterine adalah saluran  yang berpasangan dan berkonvolusi yang menghantarkan ova dari ovarium menuju tanduk uterus, dan juga merupakan tempat terjadinya fertilisasi oleh spermatozoa (Frandson, 1986).

Tuba uterina bersifat bilateral, strukturnya berliku-liku yang menjulur dari daerah ovarium ke kornua uterina dan menyalurkan ovum, spermatozoa, dan zigot. Tiga segmen oviduk dapat dibedakan menjadi infundibulum, ampula, isthmus.

Epitel tuba uterina berbentuk silinder sebaris atau silinder banyak lapis dengan silia aktif. Baik sel tipe bersilia maupun tidak bersilia dilengkapi dengan mikrovili.

Mukosa langsung berhubungan dengan submukosa karena lamina muskularis mukosa tidak ada. Pada tuba uterina, propia submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak sel plasma, sel mast dan leukosit eosinofil. Tunika mukosa submukosa pada ampula membuat lipatan tinggi terutama pada babi dan kuda betina.

Tunika muskularis terutama terdiri dari berkas otot polos melingkar, memanjang dan miring. Lapis otot tersebut memberikan jalur radial memasuki mukosa. Pada infundubulum dan ampula, tunika muskularis yang tipis dan tersusun oleh lapis dalam melingkar. Tunika serosa ada dan terdiri dari jaringan mengandung pembuluh darah dan saraf. (Brown, 1992 )

Tuba fallopi sapi betina  merupakan satu pasang saluran yang berkelok-kelok dan berjalan dari ovarium ke bagian sempit cornua uteri. Panjangnya rata-rata 12,4 cm pada anak sapi, 20,4 pada sapi dara, 24,5 pada sapi tua. Kisaran panjang dari tuba fallopi yaitu 20-35 cm. Tuba fallopi memiliki garis tengah terkecil kira-kira mulai dari bagian pertengahan pembuluh sampai titik terdekat persambungan dengan cornua uteri (Nuryadi, 2010).

2.      Uterus

Uterus memiliki kesamaan antara beberapa ternak lainnya, yaitu berbetuk bicornua (dua tanduk). Pada hewan yang tak bunting uterus berada 25-40 cm ke deapan dari lubang vulva, tepat di depan cervix. Corpus Uteri bergaris tengah transversal 9-12 cm berukuran panjang 2-5 cm dan bagian depan terbagi atas 2 tanduk. Karena tanduk uterus terletak sangat berdekatan sepanjang 10-15 cm dan tumbuh bersama, maka seakan-akan corpus uteri tampak lebih panjang dari pada kenyataannya. Kadang-kadang tanduk uterus memanjang masuk ke dalam cerviks, sehingga tidak terdapat corpus uteri.  Pada tempat dimana kedua tanduk memisahkan diri garis tengahnya 3-4 cm, Dari tempat pemisahan panjang tanduk uterus biasanya 20-35 cm, membuat panjang seluruh uterus menjadi 30-55 cm. Panjang uterus beragam sesuai dengan umur hewan dan faktor lain (Nuryadi, 2010).

Uterus sapi terdapat sebagian besar di ruang abdomen. Corpus uterinya sangat pendek (3-4 cm), tetapi mempunyai cornua uteri yang panjang (30-40 cm). Tidak seperti pada kuda extremitas abdominalis dari cornua uteri sapi berbentuk corong dan berhubungan dengan tuba uterine (Aswin, 2009)

Uterus merupakan tempat implantasi zigot yang telah berkembang menjadi embrio. Dinding uterus terdiri dari (Brown, 1992) :

(1) mukosa-submukosa atau endometrium, terdiri dari dua daerah yang berbeda dalam bangun dan fungsinya. Lapis superfisial disebut zona fungsional, dapat mengalami degenerasi sebagian atau seluruhnya selama masa reproduksi, estrus. Suatu lapis tipis, zona basalis tetap bertahan sepanjang daur. Zona fungsionalis. Epitel permukaannya berbentuk silinder sebaris pada kuda, anjing. Bagian superfisial terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung banyak pembuluh darah dan sel-sel jaringan ikat seperti fibroblas, makrofag dan sel mast.

(2) tunika muskularis atau miometrium, terdiri dari lapis otot dalam tebal yang umumnya tersusun melingkar, dan lapis luar memanjang terdiri dari sel-sel otot polos yang dapat meningkatkan jumlah serta ukuran selama kebuntingan. Diantara kedua lapis tersebut terdapat lapis vaskular yang mengandung arteria besar, vena serta pembuluh limfe. Pembuluh tersebut dapat memberikan darah pada endometrium.

(3) tunika serosa atau perimetrium, , terdiri dari jaringan ikat longgar yang dibalut oleh mesotel atau peritoneum. Sel-sel otot polos terdapat dalam perimetrium. Banyak pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf pada lapisan.

Ada 4 macam tipe uterus, yaitu a) Dupleks; uterus kanan dan kiri terpisan dan bermuara secara terpisah ke vagina; b) Bipartil; uterus kanan dan kiri bersatu yang bermuara ke vagina dengan satu lubang; c) Bikornua; bagian uterus kana dan kiri labih banyak yang bersatu bermuara ke vagina dengan satu lubang; d) Simpleks; semua uterus bersatu sehingga hanya memiliki badan uterus (Iqbal, 2007).

3.      Serviks

Serviks merupakan bagian dari alat reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang 5-10 cm dari tempat sambungan dengan uterus ke arah belakang yang berkesinambungan dengan vagina yang berdinding tipis. Fungsi utama menutup lumen uterus sehingga tidak memberi kemunghkinan untuk masuknya jazad mikroskopik maupun makroskopik ke dalam uterus dalam proses birahi, dengan mengsekresikan mukosa yang melewati vulva, membantu saat proses kebuntingan dengan mampu menutup dengan ketat dengan satu sumbat dari lender. Pada waktu melahirkan, Serviks akan berfungsi melebar yang memungkinkan fetus beserta selaputnya mudah melewatinya (Salisbury, 1985)

Serviks atau leher uterus mengarah ke kaudal menuju ke vagina. Serviks merupakan sphincer otot polos yang kuat, dan tertutup rapat, kecuali pada saat terjadi birahi atau pada saat kelahiran. Pada saat birahi Serviks agak relaks sehinggga memungkinkan spermatozoa untuk memasuki uterus. Pada saat tersebut bukan tidak mungkin Serviks akan mengeluarkan mukus yang kemudian mengalir ke vulva. Peningkatan jumlah mucus juga diproduksi oleh sel-sel goblet pada serviks selama kebuntingan, guna mencegah masuknya zat-zat yang membawa infeksi dari vagina ke dalam uterus (Frandson, 1986).

Epitel Serviks adalah silinder sebaris dengan banyak sel musigen. Sel mangkok ada. Sekresi lendir yang meningkat terjadi selama berahi dan bunting, dan banyak lendir keluar melalui vagina. Lamina propria terdiri dari jaringan ikat pekat tidak teratur yang bersifat edematous, sehingga tampak sebagai jaringan ikat longgar selama birahi. Tunika muskularis terdiri dari lapis dalam melingkar dan lapis luar yang memanjang. Serabut elastik terdapat pada jaringan ikat pada lapis otot polos yang melingkar. Lamina serosa serviks terdiri dari jaringan ikat longgar. Saluran memanjang dari epooforon sering tampak pada lapis ini (Partohardjo, 1980).

4.      Vagina

Vagina merupakan perpanjangan dari cervix sampai ketempat sambungan uretra dengan saluran alat kelamin adalah bagian yang berdinding tipis. Vagina merupakan bagian dari organ repoduksi merupakan organ kopulasi pertemuan antara organ reproduksi jantan dan betina. Sel epitel berada dinding vagina yang berada dekat Serviks terdiri dari lapisan jajaran sel sel penghasil  lendir dan sel epitel tipis (Partohardjo, 1980).

Vagina adalah bagian saluran peranakan yang terletak di dalam pelvis di antara uterus (arah kranial) dan vulva (kaudal). Vagina juga berperan sebagai selaput  yang menerima penis hewan jantan pada saat kopulasi. Membran mukosa dari vagina adalah epitel squamosa berstrata yang tak berkelenjar. Pada bagian vagina sapi tersebut permukaannya tidak mengalami kornifikasi, kemungkinan karena rendahnya tingkat sirkulasi estrogen (Frandson, 1986).

Vagina terletak horisontal di ruang pelvis, dimulai dari cervix uteri sampai vulva. Berbentuk tubulus sepanjang 15-20cm, dengan diameter 10-12 cm apabila diregang. Di bagian cranial dari vagina terdapat fornix vaginae yang merupakan kantong yang dibentuk oleh portio vaginalis uteri. Di bagian caudal vagina berhubungan dengan vulva. Vagina sapi lebih panjang daripada kuda, juga dindingnya lebih tebal. Panjangnya 20-35 cm. Di dinding ventral, diantara tunika muscularis dan selaput lendir terdapat 2 buah saluran Gartner yang bermuara di posterior orificium urethrae externum. Saluran Gartner adalah sisa embrional dari duktus Wolfii (Aswin, 2009)

Dinding vagina memiliki tiga lapis : tunika mukosa-submukosa, tunika muskularis dan tunika adventisia atau serosa. Mukosa vagina memiliki epitel pipih banyak lapis yang meningkat tebalnya selama praestrus dan estrus. Pada daerah kranial vagina sapi betina, lapis permukaan dengan sel-sel silinder dan sel mangkok terdapat pada epitel pipih banyak lapis. Kelenjar intraepitel terdapat pada anjing betina selama birahi. Pada kuda betina , sel epitel berbentuk polihedral dengan sedikit lapis sel pipih pada permukaan. Lapis propria submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar. Tunika muskularis terdiri dari dua atau tiga lapis. Lapis dalam melingkar tebal terdiri dari otot polos dan dipisah menjadi dua berkas oleh jaringan ikat. Lapis luar tersusun memanjnag terdiri dari otot polos. Tunika adventisia terdiri dari jaringna ikat longgar dan mengandung pembuluh darah, saraf dan ganglia. Hanya bagian kranial vagina yang masih dibalut oleh serosa. Sebagian sel-sel otot polos dari lapis luar vagina menyusup ke daerah subserosa sehingga disebut muskularis serosa (Brown, 1992 ).

C.   Organ Kelamin Luar
 
a.      Vulva
 
Vulva merupakan alat kelamin betina bagian luar termasuk clitoris dan vestibulum. Bagian ini memiliki syaraf perasa, yang memegang peranan penting pada waktu kopulasi. Kira-kira 7-10 cm masuk ke dalam dari lubang luar dan pada lantai dinding ventral vestibulum terdapat celah sepanjang 2 cm. Celah ini merupakan pintu masuk kedalam kantung buntu seburetrha (devertikulum suburethralis) dan juga merupakan sebagai orificium urethralis. Saluran urethra masuk ke dalam vestibulum sedikit di depan saluran buntu suburethra tadai pada dinding depan dan dapat merupakan sebagian dari saluran buntu tadi. Saluran buntu sendiri panjangnya 3 – 4 cm. saluran urethra berjalan ke depan, tepat di bawah vagina, ke kantung air seni (Salisbury,1986).

Vulva (pupendum feminium) adalah bagian eksternal dari genitalis betina yang terentang dari vagina sampai bagian yang paling luar. Pertautan antara vagina dan vulva ditandai oleh orifis uretral eksternal dan sering juga oleh suatu pematang, pada posisi cranial terhadap orifis uretral eksternal, yaitu hymen vestigial. Seringkali hymen tersebut demikian rapat hingga mempengaruhi kopulasi (Frandson, 1086).

Vestibula vagina adalah bagian tubular dari saluran reproduksi antara vagina dan labia vulva. Labia atau bibir vulva adalah sederhana saja dan tidak terdiri dari labia mayor dan minor seperti pada manusia (Frandson, 1086).

Lubang luar alat reproduksi sapi betina berada tepat dibawah anus. Panjang 12 cm dan mempunyai sudut lebar berbentuk bulat disebelah dorsal dan sudut sempit di sebelah ventral. Labia mayor yang tebal ditutup oleh rambut-rambut halus sampai tempat sambungan dengan mucosa. Pada perkawinan secara alamiah penis masuk ke dalam alat reproduksi betina melewati vulva, dan pada waktu melahirkan anak sapi melewatinya (Salisbury, 1986).

b.      Klitoris

Komisura ventral (bagian paling bawah) dari vulva terdapat klitoris  yang merupakan organ yang asal-usul embrionalnya sama dengan penis pada hewan jantan. Klitoris terdiri atas dua krura atau akar, badan dan kepala (glans). Klitoris terdiri dari jaringan erektil yang tertutup oleh epitel squamosa berstrata dan dengan sempurna memperoleh inervasi dari ujung saraf sensoris (Frandson, 1986).

Tepat disebelah dalam di tempat pertemuan bawah bibir vulva terdapat tenunan erectile yang disebut clitoris. Hanya bagian ujung clitoris yang tampak, tetapi kira-kira keseluruhan panjang Klitoris kira-kira 10 cm. Klitoris mempunyai persamaan dengan penis hewan jantan. Labia minora atau bibir vulva yang kecil mengitari Klitoris, yang homolog dengan praeputium (Saliasbury, 1985)
Pembahasan

1.      Organ Kelamin Primer
            Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat diketahui bahwa pada umumnya bentuk ovarium pada hewan ruminansia, dalam hal ini sapi adalah bulat atau oval dan berwarna kuning baik ovarium kanan. Pada ovarium kanan sapi yang tidak bunting pada Tabel 1 panjangnya 2 cm dengan diameter 3 cm. Ovarium kiri pada sapi yang tidak bunting pada Tabel 2, panjang 2,5 cm dan diameter 4 cm ovarium kanan panjang 2,4 dan diameter 5,8. Ukuran yang dimiliki oleh ovarium tersebut bervariasi tergantung pada jenis ternak dan umurnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa ovarium bentuknya biasanya bulat telur atau bulat tetapi kadang-kadang pipih berhubung dengan pembentukan folikel dan corpus lutea. Ukuran normal ovari sangat bervariasi dari satu spesies ke spesies lain bahkan antara spesies juga terdapat varisasi. Besar dan bentuk ovaria sering berubah. Ovarium umumnya berukuran panjang 32-42 mm, tinggi 19-32 mm dan lebar 13-19 mm dengan berat 10-19 gr.
            Berdasarkan pada Tabel 1 dan 2 diketahui bahwa ukuran antara ovarium kanan dan kiri selalu berbeda. Dimana ovarium kanan lebih berkembang dibanding dengan ovarium kiri. Hal ini disebabkan karena ovarium kanan lebih aktif bekerja dibanding ovarium kiri terutama pada saat kebuntingandan berfungsi menghasilkan ovume. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa pada anak sapi ovarium kiri lebih besar dibanding dengan ovarium kanan, sedangkan pada sapi dewasa ovarium kanan lebih besar, sebab secara fisiologik ia lebih aktif.
2.      Organ Kelamin Sekunder

  • Oviduct
            Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka dapat diketahui bahwa merupakan saluran yang panjang dan kecil serta berkelok-kelok, yang menjadi penghubung antara ovarium dan uterus. Oviduct merupakan tempat terjadinya fertilisasi. Hal ini sesuai dengan Frandson (1986) yang menyatakan bahwa oviduct atau disebut tuba fallopi yang juga disebut tuba uterine adalah saluran  yang berpasangan dan berkonvolusi yang menghantarkan ova dari tiap ovari  menuju ke tanduk uterus, dan juga merupakan tempat terjadinya fertilisasi oleh spermatozoa. Tuba uterina bersifat bilateral, strukturnya berliku-liku yang menjulur dari daerah ovarium ke kornua uterina dan menyalurkan ovum, spermatozoa, dan zigot.
            Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa ukuran oviduct bervariasi, dimana oviduct kanan pada sapi betina yang tidak bunting pada Tabel 1.  Panjang 20,5 cm dan diameter 1 cm. Pada sapi betina yang tidak bunting pada Tabel 2,  panjang oviduct kiri 8 cm dan diameter 0,5 cm. sedangkan oviduct kanan Panjang 7,5 dan diameter 0,4 cm. Variasi tersebut tergantung pada ternaknya dan kebuntingan. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), Tuba fallopi sapi betina  panjangnya rata-rata 12,4 cm pada anak sapi, 20,4 pada sapi dara, 24,5 pada sapi tua. Kisaran panjang dari tuba fallopi yaitu 20-35 cm. Tuba fallopi memiliki garis tengah terkecil tergantung pada jenis ternak,  pertumbuhan serta  kebuntingan.

  • Uterus
            Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat diketahui bahwa uterus terdiri dari cornua uteri dan corpus uteri. Cornua uteri memiliki  bentuk yang menyerupai tanduk, dengan warna yang putih kekuningan atau pucat. Pada sapi betina yang tidak bunting pada Tabel 1, panjang cornua uteri kiri 17 cm dengan diameter 3 cm sedangkan cornua uteri kanan panjang 18 dan diameter 4 cm. Pada sapi betina tidak bunting Pada Tabel 2 cornua uteri kiri panjangnya 14,5 cm dan berdiameter 4. Sedangkan Cornua uteri kanan panjang 14,7 cm dan berdiameter 5. Sedangkan corpus uteri memiliki bentuk yang lonjong dan berwarna putih kekuningan dan coklat tua, ukurannyapun bervariasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), yang menyatakan bahwa Uterus memiliki kesamaan antara beberapa ternak lainnya, yaitu berbetuk bicornua (dua tanduk). Pada hewan yang tak bunting uterus berada 25-40 cm ke deapan dari lubang vulva, tepat di depan cervix. Corpus Uteri bergaris tengah transversal 9-12 cm berukuran panjang 2-5 cm dan bagian depan terbagi atas 2 tanduk. Tanduk uterus terletak sangat berdekatan sepanjang 10-15 cm dan tumbuh bersama, maka seakan-akan corpus uteri tampak lebih panjang dari pada kenyataannya. Kadang-kadang tanduk uterus memanjang masuk ke dalam cerviks, sehingga tidak terdapat corpus uteri. Pada tempat dimana kedua tanduk memisahkan diri garis tengahnya 3-4 cm, dari tempat pemisahan panjang tanduk uterus biasanya 20-35 cm, membuat panjang seluruh uterus menjadi 30-55 cm. Panjang uterus beragam sesuai dengan umur hewan dan faktor lain.
            Uterus merupakan organ kebuntingan dan sebagai alat implantasi. Corpus uteri memiliki ukuran yang lebih pendek dibandingkan dengan cornua uteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa uterus sapi terdapat sebagian besar di ruang abdomen. Corpus uterinya sangat pendek (3-4 cm), tetapi mempunyai cornua uteri yang panjang (30-40 cm).

  • Serviks
            Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa cerviks memiliki bentuk yang membulat seperti cincin dan kadang pula tidak beraturan. Serviks merupakan sambungan dari uterus yang menuju ke vagina. Serviks berfungsi sebagai pintu yang menutup kemungkinan masuknya bakteri ke dalam uterus. Serviks juga menghasilkan mucus atau lendir sebagai pelican. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1986), yang menyatakan bahwa serviks atau leher uterus mengarah ke kaudal menuju ke vagina. Serviks merupakan sphinter otot polos yang kuat, dan tertutup rapat, kecuali pada saat terjadi birahi atau pada saat kelahiran. Cerviks akan mengeluarkan mucus yang mengalir ke vulva. Peningkatan jumlah mucus berguna mencegah masuknya zat-zat yang membawa infeksi dari vagina ke dalam uterus.
            Serviks pada sapi yang tidak bunting pada Tabel 1, panjangnya 5 cm, berdiameter 3 cm. Sapi yang tidak bunting pada Tabel 2, panjangnya 5 dan diameter 8 cm. Hal ini sesuai pendapat Salisbury (1985), yang menyatakan Servix merupakan bagian dari alat reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang 5-10 cm dari tempat sambungan dengan uterus ke arah belakang yang berkesinambungan dengan vagina yang berdinding tipis.

  • Vagina
            Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka diketahui bahwa vagina memiliki bentuk seperti tabung (pipa), yang berwarna pucat (putih kekuningan). Ukurannya bervariasi dimana pada sapi yang tidak bunting pad tabel 1 panjangnya 11 cm, berdiameter 10 cm. Pada sapi tidak bunting pada Tabel 2, panjang 19 cm dan diameter 10 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), vagina berbentuk tubulus sepanjang 15-20cm, dengan diameter 10-12 cm apabila diregang. Vagina sapi lebih panjang daripada kuda, juga dindingnya lebih tebal. Panjangnya 20-35 cm.
            Vagina merupakan perpanjangan dari cerviks yang berdinding tipis. Vagina berfungsi sebagai organ kopulasi yang menerima penis saat terjadi kopulasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), vagina merupakan perpanjangan dari cervix sampai ketempat sambungan uretra dengan saluran alat kelamin adalah bagian yang berdinding tipis. Vagina merupakan bagian dari organ repoduksi merupakan organ kopulasi pertemuan antara organ reproduksi jantan dan betina.
3.      Organ Kelamin Luar

  • Vulva
            Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan, diperoleh bahwa vulva merupakan alat kelamin betina bagian luar yang berada tepat dibawah anus, yang berfungsi sebagai bagian untuk mendeteksi birahi, tempat masuknya penis  serta jalan keluarnya foetus. Vulva memiliki bibir yang disebut labia mayor dan minor. Hal ini sesuai dengan pendapat Marawali dkk. (2010), bahwa  vulva merupakan alat kelamin betina bagian luar. Lubang luar alat reproduksi sapi betina berada tepat dibawah anus. Panjang 12 cm dan mempunyai sudut lebar berbentuk bulat disebelah dorsal dan sudut sempit di sebelah ventral. Pada perkawinan secara alamiah penis masuk ke dalam alat reproduksi betina melewati vulva, dan pada waktu melahirkan anak sapi melewatinya.
  • Klitoris
Dari praktikum yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa clitoris juga bagian organ kelamin luar pada betina yang masih menjadi bagian dari vulva yang mirip dengan penis pada jantan. Dimana letaknya tersembunyi di dalam jaringan vulva dan arcus ischiadicum. Hal ini sesuai dengan pendapat Marawali dkk. (2010), bahwa tepat disebelah dalam di tempat pertemuan bawah bibir vulva terdapat tenunan erectile yang disebut klitoris. Hanya bagian ujung klitoris yang tampak, tetapi kira-kira keseluruhan panjang clitoris kira-kira 10 cm. Klitoris mempunyai persamaan dengan penis hewan jantan yaitu sebagai peransang.

PENUTUP
Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
  1. Organ reproduksi pada betina terbagi atas tiga yaitu organ kelamin primer yaitu ovarium (di dalamnya terdapat folikel dan corpus luteum), saluran reproduksi yaitu oviduct (tuba fallopii), uterus, cervix, dan vagina, serta organ kelamin luar yaitu vulva dan clitoris. 
  2. Ovarium kanan pada Tabel 1 panjangnya 2 cm diameternya 3 cm. Sedangkan Ovarium kiri pada Sapi yang tidak bunting pada Tabel 2. panjang 2,5 cm dan diameter 4 cm sedangkan ovarium kanan panjang 2,4 dan diameter 5,8. Ovarium sebagai organ reproduksi primer berfungsi menghasilkan sel telur dan hormone kelamin betina yaitu estrogen, progesterone.
  3. Oviduct kanan pada sapi betina yang tidak bunting pada Tabel 1.  Panjang 20,5 cm dan diameter 1 cm. Pada sapi betina yang tidak bunting pada Tabel 2,  panjang oviduct kiri 8 cm dan diameter 0,5 cm. sedangkan oviduct kanan Panjang 7,5 dan diameter 0,4 cm. dimana fungsi oviduct sebagai tempat fertilisasi, kapasitasi sperma.
  4. Uterus terdiri atas cornua uterus dan corpus uterus. Corpus uteri Pada Tabel 1 panjangnya 5 cm dan diameternya 4 cm. Sedangkan Corpus uteri pada tabel 2 panjangnya 7 dan diameternya 7,5. Sapi  tergolong uterus bipartitus. Fungsinya sebagai tempat implantasi embrio, transport spermatozoa, menghasilkan cairan uterus yang penting untuk perkembangan emrio sampai lahir.
  5. Cervix Pada Tabel 1 panjangnya 5 cm dan diameternya 3, sedangkan Cervix pada Tabel 2 Panjangnya 5 cm dan diameternya 8, yang berfungsi mencegah kontaminsai mikroba ke uterus, penyimpan semen, transport spermatozoa, dan tempat deposisi semen.
  6. Vagina Pada Tabel 1 panjangnya 11 cm dan diameternya 10 cm, sedangkan Vagina Pada tabel 2 panjangnya 19 cm dan diameternya 10cm, berfungsi sebagai tempat deposisi semen, jalur keluarnya fetus dan plasenta pada kelahiran, dan organ kopulasi.
  7. Vulva berfungsi sebagai tempat untuk mendeteksi birahi, dan tempat keluarnya fetus.
  8. Klitoris berfungsi sebagai tempat untuk merangsang ternak betina pada saat ingin birahi.
DAFTAR PUSTAKA
Aswin. 2009. Anatomi Perkembangan Sistem Uropoetika. http://nemalz88 veterinerblog.blogspot.com/2009/06/i.html. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2010.

Brown. 1992. Buku Teks Histology Veteriner. UI Press, Jakarta

Frandson. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press, Yogyakarta.

Iqbal. 2007. Sistem Reproduksi. http://iqbalali.com/biologi/sistem_reproduksi.dtml. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2010.

Nuryadi. 2010. Serviks dan klitoris . http:nongue.gsnu.ac.kr/~cspark/
teaching/chap3.html. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2010.

Marawali dkk. 2010. Ovarium. . http://bubblehousebandryfarm.blogspot.comDiakses pada tanggal 2 Oktober 2010.

Partodiharjo,S. 1980. Ilmu Reproduksi Ternak. Prduksi Mutiara. Jakarta.

Mozez. 2006. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. UI  Press, Jakarta.

Salisbury. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan. UGM Press, Yogyakarta.